Senin, 30 Januari 2012
CATATAN KAKI DAN BIBLIOGRAFI
DAFTAR ISI
CATATAN KAKI DAN BIBLIOGRAFI
A.
CATATAN
KAKI
1
1.
Pengertian Catatan kaki
1
a. Untuk
Menyusun Pembuktian
2
b. Menyatakan
Utang Budi
2
c.
Menyamapaikan Keterangan
Tambahan
2
d. Merujuk
Bagian Lain dsri Teks
3
2.
Prinsip-prinsip
Membuat Catatn Kaki
3
3.
Jenis
Catatan Kaki
5
4.
Unsur-unsur
Referensi
6
5.
Cara
Membuat Catatn Kaki
7
6.
Singkatan-singkatan
11
7.
Penerapan
Catatan Kaki dan Singkatan
12
B.
BIBLIOGRAFI
13
1.
Pengertian
Bibliografi
13
2.
Fungsi
Bibliografi
13
3.
Bentuk
Bibliografi
13
4. Unsur-unsur
Bibliografi
13
BAB I
A.
CATATAN
KAKI
1.
Pengertian
Catatan Kaki
Yang dimaksud dengan cactan kaki
adalah keterangan-keterangan atas teks karangn yang ditempatkan pada kaki
halaman karangan yang bersangkutan. Bila karangn semacam itu ditempatkan pada
akhir bab atau akhir karangan, maka cacatan semacam itu disebut keterangan.
Seperti telah diuraikan diatas
(lihat kutipan), semua kutipan, entah kutipan langsung maupun kutipan tak
langsung, harus dijelaskan mengenai sumber asalnya dalam sebuah cacatan kaki,
kalu memang cara ini yang dipergunakan. Catatan kaki sementara itu bukan
semata-mata bukan dimaksudkan untuk menunjukan tempat terdapatnya sebuah
kutipan, tetapi dapat juga dipakai untuk member keterangan-keterangan lainya
terhadap teks. Sebab itu catatan kakai dan bagian dari teks yang akan diberi
penjelasan itu terdapat suatu hubungan yang sangat erat.
Hubungun antara catatan kaki dan
teks yang dijelasakan itu biasanya dinyatakan dengan nomor-nomor penunjukan
yang sama, baik yang terdapat dalam teks maupun maupun yang terdapat dalam
cactan kaki itu sendiri. Selaim mempergunakan nomor-nomor penunjuk, hubungan
itu kadang-kadang dinyatakan pula dengan mempergunakan tanda asterik atau tanda bintang[*] dan
kadang-kadang mempergunakan tanda salib
[†] pada halam yang bersangkutan. Bila pada halaman yang sama terdapat dua
catatan atau lebih, maka dipergunakan satu tantda asterisk atau salib untuk
catatan yang pertama, dan dua catatan yang kedua, dan seterusnya.
Lepas dari hubungan antara kutipan
dan catatan yang dinyatakan secara formal
dengan tanda-tanda itu, pada dasarnya sebuah catatan kaki dibuat untuk maksud
dan tijian sebagai berikut:
a.
Untuk Menyusun
Pembuktian
Semua
dalil atau pernyataan yang penting, yang bukan merupakan pengetahuan umum harus
didikung oleh pembuktian-pembuktian. Pembultian itu dapat dibeberkan dalam
teks, dapat pula dimasukkan dalam catatan kaki, atau kedua-duanya. Khususnya
dalam hal ini , kita menunjukan kembali kebenaran-kebenaran yang pernah dicapai
oleh seorang pengarang lain dalam bukunya atau tulisan-tulisanya. Sebab itu
referensi atau penunjukan dalam catatan kaki itu dimaksudkan untuk menunjuka
tempat atau sumber di mana suatu kebenaran telah dibuktikan oleh orang lain.
b.
Menyatakan Utang Budi
Di
sampig tujuan pertama diatas, penujukan sunber pada catatan kaki dimaksudkan
pula untuk menyataka utang budi kepada pengarang yang dikutip pendapatnya.
Sebuah
catatan kaki wajib dibuat untuk setiap dalil, pendapat atau pernyataan yang
penting, atau bagi setiap kesimpulan yang dipinjam dari pengarang lain, entah
pinjaman itu berupa kutipan langsung maupun kutipan tak langsung
c.
Menyampaikan Keterangan
Tambahan
Catatan kaki dapat pula dimaksudkan
untuk menyampaikan keterangan tambahan untuk memperkuat uraian di luar
persoalan atau garis-garis yang diperkenankan oleh laju teks.
Prinsip yang umum untuk hal ini
adalah bahwa gerak atau laju dari teks atau karangan tidak boleh diganggu oleh
referensi atau keterangan tambahan. Sebab itu keterangan-keterangan tambahan
yang dimaksud untuk memperkuat teks karangan, dapat berbentuk:
1) Menyampaikan
inti sari sebuah fragmen yang dipinjam;
2) Menyampaikan
uaraian teknis, keterngan incidental, atau materi yang memperjelas teks, atau
informasi tambahan terhadap topic yang disebut dalam teks;
3) Menyampaikan
materi-materi penjelas yang kurang penting, seperti perbaikan, atau
pandangan-pandangan lain yang bertentangan.
d.
Merujuk Bagian Lain
dari Teks
Di samaping itu catatan kaki dapat
dipergunakan untuk menyediakan referensi kepada bagian-bagian lain dari tulisan
itu. Dalam hal ini, penulis misalnya memberi catatan untuk melihat atau
memeriksa uraian pada halaman atau bab lain sebelumnya, atau halaman-halaman
atau bab lain yang akan diuraikan kemudian. Begitu pula penunjukan kepada
Apendiks atau Lampiran harus melalui catatan kaki. Untuk maksud ini sering
dijumpai sigkatan-singkatan sepeti: cf atau
cof yang berarti bandingkan dengan, ut supra yang berarti seperti di atas, infra yang berarti di bawah.
2.
Prinsip
Membuat Catatan Kaki
Untuk membuat sebuah catatan kaki, perlu
diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
a. Hubungan
Catatan Kaki dan Teks
Seperti
sudah dikemukakan di atas, hubungan antara keteragan pada catatan kaki dengan
teks dinyatakan dengan mempergunakan nomer urut penunjukan baik yang terdapat
dalam teks maupun yang terdapat pada catatan kaki. Baik nomer penunjukan dalam
teks maupun nomer penunjukan pada catatan kaki selalu ditempatkan agak ke atas
setengah spasi dari teks.
b. Nomor
urut Penunjukan
Hal
kedua yang perlu diperhatikan bagaimana menuliskan nomor urut penunjukan. Sama
sekali tidak praktis untuk mulai nomor urut yang baru pada tiap halaman. Dalam
hal yang demikian lebih baik mempergunakan nomor urut, maka sebaiknya nomor
urut itu berlaku untuk tiap bab, atau untuk seluruh karangan. Pemakaian nomor
urut yang berlaku untuk tiap bab, atau yang berlaku untuk seluruh karangan,
masing-masing mempunyai konsekuensi sendiri-sendiri.
Bila
nomor urut penunjukan hanya berlaku untuk tipa bab, maka konsekuensi yang
pertama adalah bahwa tiap bab selalu dimolai dengan nomor urut berikutnya
sampai pada akhir bab. Konsekuensi yang kedua adalah bahwa nama pengarang dan
sumber yang untuk pertama kali disebut dalam satu bab, harus disebut secara
lengkap. Penunjukan berikutnya atas sumber yang sama dalam bab tersebut akan
mempergunakan singkatan lbid, nama
singkatan pengarang dengan singkatan Op.cit.,
atau Loc.cit.
Sebaliknya
bila nomor penunjuk itu berlaku untuk seluruh karangan, maka penunjukan sumber
secara lengkap hanya dipergunakan untuk penyebutan pertama kali. Penunjukan
berikutnya atas sumber yang sama dalam seluruh karangan itu akan mempergunakan
singkatan lbid,. Atau nama singkatan
pengarang atau ditambah singkatan Op.Cit.,
atau Loc.cit. tanpa mempersoalkan
apakah itu terdapat penyebutan yang pertama dalam bab berikutnya.
c. Teknik
Pembuatan Catatan Kaki
Untuk sebuah naskah
yang diketik, penempatan catatan kaki meminta pula persyaratan-persyaratan
teknis tertentu. Syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:
1) Harus
disediakan ruang atau tempat secukupnya pada kaki halaman tersebut sehingga
margin bawah tidak boleh lebih sempit dari 3 cm sesudah diketik baris terakhir
dari catatan kaki;
2) Sesudah
baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasai harus dibuat sebuah garis, mulai
dari margin kiri sepanjang 15 ketikan dengan huruf pika, atau 18 ketikan dengan
huruf elite [—]
3) Dalam
jarak dua sepasi dari garis tadi, dalam jarak 5-7 ketikan dari margin kiri
diketik nomor penunjukan;
4) Langsung
sesudah nonor penunjukan, setengah spasi kebawah mulai diketik baris pertama
dari catatan kaki;
5) Jarak
antara baris dalam catatan kaki pada halam yang sama (kalau ada) adalah dua
spasi;
6) Baris
kedua dari tiap catatan kaki harus dimulai daari margin kiri;
3.
Jenis
Catatan Kaki
Sejalan dengan tujuan catatan kaki,
sudah dikemukakan diatas, maka dapat diungkapkan sekali lagi bahwa jenis
catatan kaki ada tiga macam, yaitu:
a.
Penunjuk Sumber (Referensi)
Macam catatan kaki yang pertama
adalah menunjuk sumber tempat sumber kutipan terdapat. Catatan kaki semacam ini
disebut juga sebagi referensi.
Referensi itu harus dibuat oleh penulis bila:
1) Mempergunakan
sebuah kutipsn langsung;
2) Mempergunakan
sebuah kutipan tak langsung;
3) Menjelaskan
dengaan kata-kata sendiri apa yang telah dibaca;
4) Meminjam
sebuah table, peta atau diagram dari suatu sumber;
5) Menyusun
sebuah diagram berdasarkan data-data yang diperoleh dari suatu sumber, atau
beberapa sumber tertentu;
6) Meenyajikan
sebuah evidensi khusus, yang tidak dianggap sebagai pengetahuan umum;
7) Menunjuk
kembali kepada bagian lain dari karangan itu.
b.
Catatan Penjelas
Adapun catatan kaki yang dibuat
dengan tujuan membatasi suatu pengertian, atau menerangkan atau member komentar
terhadap suatu pernyataan atau pendapat yang dimuat dalam teks. Penjelasan ini
harus dibut dalam catatan kaki, dan tidak dimasukkan dalam teks karena akan
mengganggu jalannyauraian dalam teks itu. Catatan semacam ini disebut catatan
penjelas, karena fungsinya hanya member penjelas tambahan.
c.
Gabungan Sumber dan
Penjelas
Jenis yang ketiga adalah gabungan
dari kedua macam catatan diatas, yaitu pertama menunjuk sumber dimana dapat
diperoleh bahan-bahan dalam teks, dan kedua member komentar atau penjelasan
seprlunya tentang pendapat atau pernyataan yang dikutip tersebut, atau
keterangan-keterangan tambahan yang ada hubungan dengan sumber itu.
4.
Unsur-Unsur
Referensi
Unsur-unsur
catatan kaki yang menyamgkut referensi, sama dengan materi
bibliografi;perbedaannya terletak dalam penekanan. Disamping itu ada perbedaan
yang cukup penting yaitu referensi selalu
mencantumkan nomor halam, di mana kutipan itu dapat diperoleh. Dalam
bibliografi itu tidak ada, kecuali penyebutan jumlah halaman dari karya itu.
Cara membuat catatan kaki bagi
setiap jenis kepustakaan, hendaknya diketahui terlebih dahulu ikhtisar-ikhtisar
unsure-unsur dibawah ini. Disamping unsure-unsur catatan kaki terssebut,
hendaknya diperhatikan pula konvensi-konvensi yang berlaku bagi catatan-catatan
kaki.
a. Pengarang
1) Nama
pengarang dalam catatan kaki dicantumkan sesuai dengan urutan biasa.
2) Bila
terdapat lebih dari seorang pengarang maka semua nama pengarang dicantumkan
kalau ada dua atau tiga nama pengarang.
3) Penunjukan
kepada sebuah kumpulan.
4) Jika
tidak ada nama pengrang atau editor, maka catatan kaki dimulai dengan judul
buku atau judul artikel.
b. Judul
1)
Semua judul mengikuti
peraturan yang sama seprti pada bibliografi.
2)
Sesudah catatan kaki
pertama, maka pada penyebutan kedua dan seterusnya atas sumber yang sama, judul
buku dan sebagainya.
3)
Sesudah penunjukan
pertama kepada sebuah artikel dalam majalah atua harian, maka untuk selanjutnya
cukup dipergunakan judul majalah atau harian tanpa judul artikel.
c.
Data Publukasi
1) Tempat
dan tahu npenerbitan sebuah buku dapat dicantumkan pada referensi
pertama;referensi-referensi selanjatnya (dalam kesatuan nomor urut itu)
ditiadakan.
2) Dapat
dipublikasi bagi sebuah majalah, tidak perlu memuat nama tempat dan penerbit,
tetapi harus mencantumkan nomor jilid dan nomor
halam.
3) Data
sebuah publikasi bagi artikel sebuah harian terdiri dari; bulan, hari tanggal,
tahun dan nomor halaman. Penggalan tudak bole ditempatkan dalam tanda kurung.
d. Jilid
dan Nomor Halaman
1) Untuk
buku yang terdiri dari satu jilid, maka singkatan halaman (hlm.) dipakai untuk
menunjukan nomor nalaman.
2) Jika
sebua buku terdiri dari beberapa jilid, maka harus dicantukan nomor jilid dan
nomor halaman. Untuk nomor jilid dipergunakan angka romawin sedangkan untuk
untuk nomor halaman dipergunakan angka Arab, tanda singkatan hlm.
5.
Cara
Membuat Catatan Kaki
Karena cara membuat catatan kaki
mempunyai hubungan pula dengan dengan teks halaman yang sama, maka dalam dua
contoh pertama disertakan pula bagian dari teks yang menunjukan kepada catatan
kaki, sehingga dapat dilihat sekaligus cara menempatkan nomor penunjukan yang
terdapat dalam teks, garis pemisah antara teks dan catatan kaki, serta cara
membuat catatan kaki itu sendiri. Titik spasi berspasi yang mendahului dan
mengikuti contoh teks berarti ada lebih dari satu alinea yang dihilangkan
sebelum dan sesudah teks yang dikutip tersebut
a. Referensi
kepada Buku dengan Seorang Pengarang
………………………………………………………………………………………kekerabatan
umat manusia di seluruh dunia menyebabkan bahwa didalam menganalisa suatu suatu
kekerabatan di dalam suatu masyarakat itu, mereka memandang istilah-istilah itu
sebagai proses-proses hubungan kemasyarakatan. Demikian system-sistem
kekrabatab itu…
……………………………………………………………………………………..———————
F.Graebner,Etnologie in die Kulture der Ggegenwart (Leibzig,1923), hlm. 544.
b. Referensi kepad Buku dengan Dua atau Tiga
Pengarang
………………………………………………………………………………………dan
menganalisa riwayat-riwayat hidup dari beberapa induvidu yang di pilih dari
antara semua penduduk desa Antimelang di Alor itu dan dengan metode-metode penguji
isi jiwa atau ptojectife test method. Hasil……
………………………………………………………………………………………——————
L.Gottschalk,C. Kluckhohn,
R.Anggell The Use of Personal documents
in History, Antropology (New York: Social Science Research Council, 1945),
hlm. 82-173.
c. Referensi
kepad Buku dengan Banyak Pengarang
Mulai dari contoh ini dan
seterusnya, kutipan teks beserta garis pemisah ditiadakan, langsung diberi
petunjuk dari referensi itu.
Alton
C.Morris, et al., Collega, the frist year
(New York, 1964), hlm. 51-56.
d.
Kalau Edisi Berikutnya
Mengalamai Perubahan
H. A. Gleason, An.Introduction to Descriptive Linguistic (rev.ed.;New York, 1961),
hlm.56.
e.
Buku yang Terdiri dari
Dua Jilid atau Lebih
A. H.
Lightstone, Concepts of Calculus (New
York: Harper & Row, 1966), l, 75.
f. Sebuah
Edisi dari Karya Seorang Pengarang atau Lebih
Lukman Ali, ed., Bahasa dan Kesustraan Indonesia, sebagai
Cermin Manusia Indonesia Baru (Djakarta, 1967), hlm.84-85.
g.
Sebuah terjemahan
Multaluli, Max Havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dgang Belanda, terj.H.B.
Jassin (Djakarta, 1972), hlm.50.
h.
Artikel dalam Sebuah
Analogi
Devid
Riesman,”Character and Society,”Toward
Liberal Education, eds.Louis G. Locke, William M. Gibson, and George Arms
(New York, 1962), hlm. 572-573.
i.
Artikel dalam
Ensiklopedi
Robert Ralph Bolgar,”Retoric,”Encyclopedia Britannica (1970),
XIX,257-260.
j.
Referensi pada Artikel
Majalah
Ny. H. Soebadio,”Penggunaan
Sangsekera dalam Pembentukan Istilah Baru,”Majalah
Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, (April,1963), hlm. 47-58.
k.
Referensi pada Artikel
Harian
Tajuk Rencana dalam Kompas, 19 Januari, 1973, hlm.4.
l.
Tesis dan Disertasi
yang Belum Diterbitkan
Jos. Dan. Parera, “Fonologi Bahasa
Gorontalo” (Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta,
1964), hlm.30.
m.
Referensi kepad Dua
sumber atau Lebih
M.J. Herskovits, Man and HiscWorks: the Science of Cultural
Antropology (New York: Alfred A. Knopf, 1948), hlm.501;A.A Goldenwaiser, The Principles of Limited Posibilities in
the Development of Cultural (London: Kegan Paul, Trench, Trubner & Co.,
1033), hlm. 35-55.
n. Referensi dari Sumber Kedua
M. Ramlan, “Partikel-partikel
Bahasa Indonesia,”Seminar Bahasa
Indonesia1968 (Ende:Nusa Indah, 1971), hlm. 122, mengutip Charles F.
Hockett, A Course in Modem Linguistic (New
York: The Mac Millan Company, 1959), hlm.222.
o. Catatan
Penjelas
Semua cara di atas mempersoalkan
catatan kaki yang menumjukan kembali kepada sebuah sumber referensi. Tetapi
seperti yang sudah dijelaskan, catatan kaki dapat pula dimaksudkan untuk member
kometar atau menjelaskan sesuatu yang diuraikan dalam teks. Dalam hal yang
demikian tidak ada sumber yang perlu dimasukkan dalam cactatan kaki. Contoh di
bawah ini sekaligus memperlihatkan bagian terakhir dari teks, garis pemisah,
dan catatan kaki yang dimaksud.Dengan demikian wujud dari catatan kaki itu akan
lebih jelas.
……………………………………………………………………………………....
Adapun metode=metode yang dipakai
oleh C, Bateson dan M. Maed untuk mengumpulkan bahan keterangan tentang model personality structure orang Bali
adalsh metode menyelidiki cara-cara asuhan anak-anak di dalam masyarkat orang
Bali. Hasil fieldwork M.Mead dam G. Bateson menghasilkan juga beberapa karang
tentang tabiat orang Bali……….
……………………………………………………………………………………..——————
p. Referensi
dan Sumber Penjelas
Jenis catatan yang ketiga adalah
penunjuk kepada sebuah sunber ditambah penjelas atau komentar-komentar. Seperti
halnya dengan catatan penjelas di atas, maka agar komentar dalam catatan kaki
itu lebih jelas posisinya contoh berikut disertai pula oleh bagian terakhir
dari teks yang mengandung hal yang perlu dijelaskan itu.
……………………………………………………………………………………..Di
dalam rangka kompleks pengertian yang dimaksud di dalam faham tersebut, J.
Mallinckrodt menganggap amat penting, kepercayaan kepada kekuatan sakti atau
kekuatan “magic” yang meliputi seluruh alam semesta. Kepercaan serupa itu, yang
disebut oleh Mallinckrodt kepercayaan..
……………………………………………………………………………………..——————
J. Mallinckrodt, Het Adatrecht van Borneo (Laiden: M.
Dubbeldeman, 1928), l, 50. Demikianlah
Mallinckrodt member pengetian yang lain sama sekali kepada istilah magic, dari pada misalnya J.G. Frazer
atau sebagian besar daripada sarjana ilmu antropologi budaya akan
mengartikannya. Menurut Mallinckrodt, kekuatan magic adalah kekuatan sakti.
Menurut Frazer, magic adalah ilmu gaib.
6.
Singkatan-singkan
Dalam catatan kaki biasanya
dipergunakan pula singkatan-singkatan yang oleh para sarjana sudah diketahui
maksudnya. Oleh sebab itu, hendaknya diperhatikan benar-benar bagaiman
mempergunakan singkatan-singkatan itu dalam catatan kaki.
Singkatan yang paling penting yang
harus diketahui adalah ibid., op.cit.,dan
loc.cit.
Ibid.:
Singkatan ini berasal dari bahasa latin ibidem
yang berarti pada tempat yang sama.
Singkatan ini dipergunakan bila catatan kaki yang berikut menunjukan kepada
karya atau artikel yang telah disebut dalam catatan nomor sebelumnya. Bila
halamannya sama, maka hanya dipergunakan singkatan ibid.; bila halamannya berbeda maka sesudah singkatan ibid. Dicantumkan pula nomor halamannya.
Singkatan ibid. selalu digarisbawahi
atau dicetak dengan huruf miring.
7.
Penerapan
Catatan kaki dan Penerapan
Cara
menggunakan singkatan-singkatan dalam kenyataan, lihat contoh dibawah ini:
a. Edgar
Surtevant, An Introduction to Linguistics Secience (New
Haven, 1947), hlm. 20 et seq.
b. Ibid.
c. Ibid. hlm.
30.
d. Richard
Pittman, “Nauhatl Honorifics,”International
Journal of American Linguistics, XI (April, 1950), 374 et seqq.
e. H.A.
Gleason, An Introduction to Deskriptive
Linguistics,(Rev. ed.; New York: Holt, Rinehart and Winston, 1961), hlm.
51-52.
f. Ibid.
g. Ibid. hlm. 56.
B. BIBLIOGRAFI
1. Pengertian Bibliografi
Yang dimaksuftar dengan bibliografi atau daftar kepustakaan adalah
ssebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan
penerbit lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian
dari karangan yang tengah digarap.
2. Fungsi Bibliografi
Fungsi bibliografi hendaknya secara
tegas dibedakan dari fungsi sebuah catatan kaki. Referensi pada catatan kaki
dipergunakan untuk menunjuk kepada sumber dari pernyataan atau ucapan yang
dipergunakan dalam teks. Sebab itu referensi harus menunjukan dengan tepat, di
mana pembaca dapat menemukan pernyataan atau ucapan itu. Dalam hal ini selain
pengarang, judul buku dan sebagainya, harus
dicantumkan pula nomor halam di mana pernyataan atau ucapan itu bias
dibaca.
3. Unsur-unsur
Bibliografi
Pokok yang paling penting yang dimasukkan dalam
sebuah bibliografi adalah:
1) Nama
pengarang yang dikutip secara lengkap.
2) Judul
buku, termasuk judul tambahannya.
3) Ata
Publikasi:penerbit, tempat terbit, tahun terbit cetakan keberapa, nomor jilid,
dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
4) Untuk
sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah,
jilid, nomor dan tahun.
4. Bentuk
bibliografi
Bibliografi disusun menurut urutan alfabetis dari
nama pengarangnya. Untuk maksud tersebut nama-nama pengarang harus dibalikkan
susunannya: nama keluarga, nama kecil, lalu gelar kalau ada. Jarak antra baris
dengan baris adalah sepasi rapat. Jarak antara pokok dengan pokok adalah spasi
ganda. Tiap pokok disusun sejajar secara vertical, dimulai dari pinggir margin
kiri, sedangkan baris kedua, ketiga dan seterusnya dari tiap pokok dimasikkan
kedalam tiga ketikan (bagi karya yang mempergunakan limaketikan kedalam untuk
alinea baru) atau empat ketikan (bagi karya yang mempergunakan 7 ketikan
kedalam untuk alinea baru). Bila ada dua karya atau lebeh ditulis oleh
pengarang yang sama, maka pengulangan namanya dapat ditiadakan dengan
menggantikannya dengan sebuah garis panjang, sepanjang lima atau tujuh ketikan,
yang disusul dengan sebuah titik.
Langganan:
Postingan (Atom)